Latar Belakang
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) dikenal sebagai penghasil timah besar di Indonesia. Aktivitas pertambangan timah—baik lepas pantai maupun di darat—memberikan dampak besar terhadap lingkungan laut. Terumbu karang, sebagai bagian penting dari ekosistem laut, menjadi salah satu yang paling terdampak. Survei dan penelitian telah menunjukkan adanya penurunan kualitas dan luasan terumbu karang akibat sedimentasi, polusi, dan kerusakan fisik dari aktivitas tambang.
Hasil Survei dan Penelitian
Beberapa survei dan penelitian yang relevan:
- Penelitian Universitas Bangka Belitung (Rebo, Sungailiat)
Dalam penelitian yang diambil pada Oktober 2014, Oktober 2015, dan Februari 2016, di beberapa spot terumbu karang di perairan Rebo, ditemukan bahwa sebagian besar spot telah mengalami kerusakan berat akibat tutupan lumpur (sedimentasi) dari aktivitas penambangan. (Journal UBB)- Spot Karang Melantut: tutupan karang hidup = 0%, sebagian besar telah berubah menjadi tutupan turfalga/koral mati. (Journal UBB)
- Spot lainnya seperti Karang Bambang Bui, Karang Kering, dan Karang Bui juga menunjukkan tutupan karang hidup yang cukup rendah, dan peningkatan indeks mortalitas karang. (Journal UBB)
- Survei UBB & Spot Baru Kerusakan
Di Pulau Pemuja (Desa Penganak, Jebus, Bangka Barat), tutupan karang hidup hanya sekitar 14,12% karena sebagian besar terumbu tertutup lumpur dari kapal isap dan TI apung (tambang inkonvensional). (Universitas Bangka Belitung) - Data Kuantitas Luas dan Perubahan Waktu
- Pada 2015, luasan terumbu karang di Babel diperkirakan ≈ 82.259,84 hektar. (WALHI)
- Namun pada tahun 2017, hanya sekitar 12.474,54 hektar yang masih dalam kondisi hidup (live coral). (WALHI)
- Luas karang mati (mati/rusak) diperkirakan 5.270,31 hektar untuk tahun yang sama. (Ekuatorial)
- Estimasi Kerusakan Keseluruhan
- Sekitar 50% terumbu karang di Provinsi Bangka Belitung rusak akibat sedimentasi lumpur dari aktivitas kapal isap dan TI apung. (Antara News)
- Aktivitas tambang yang tidak diawasi, termasuk penambangan dekat pantai, memperparah kondisi ini. (Universitas Bangka Belitung)
Penyebab Kerusakan
Berdasarkan hasil-hasil survei dan laporan:
- Sedimentasi dan lumpur – Debu, lumpur, tailing hasil tambang dibuang ke laut dan terbawa arus, menutupi terumbu karang. Pori-pori karang tersumbat, cahaya kurang masuk, produksi fotosintesis terganggu. (Journal UBB)
- Kapal isap dan TI Apung – Kapal isap dan tambang inkonvensional apung (TI apung) beroperasi seringkali dekat pantai. Aktivitasnya menyebabkan pengadukan dasar laut dan meningkatkan kekeruhan perairan. (Universitas Bangka Belitung)
- Perubahan substrat dasar laut – Substrat yang dulunya keras dan menopang pertumbuhan karang hidup berubah menjadi lumpur atau tertutup algal (terutama Turf Alga), yang lebih mudah dominan di kondisi rusak. (Journal UBB)
- Kurangnya pengawasan dan regulasi – Beberapa perda yang mengatur jarak tambang dari pantai tidak ditegakkan dengan baik. Pemantauan kondisi laut juga kurang. (Universitas Bangka Belitung)
Dampak
Dampak kerusakan terumbu karang akibat tambang laut di Bangka Belitung mencakup:
- Ekosistem laut terganggu – Kehilangan habitat bagi ikan dan biota laut lainnya, berkurangnya keanekaragaman hayati laut. (Ekuatorial)
- Mengancam mata pencaharian nelayan – Hasil tangkapan menurun karena ikan berkurang dan sulit ditemukan; kolom air yang keruh membuat produktivitas biota air turun. (Universitas Bangka Belitung)
- Kerusakan ekosistem pesisir lainnya – Seperti pantai, mangrove, padang lamun yang juga terdampak oleh limpasan lumpur dan perubahan garis pantai. (Madaninews)
- Kerugian lingkungan dan ekonomi – Banyak daerah yang dulunya potensial wisata laut, menjadi kurang menarik; biaya untuk pemulihan besar; kompensasi bagi masyarakat seringkali tidak cukup. (scripta.fisip.ubb.ac.id)
Kesimpulan & Rekomendasi
Berdasarkan survei dan data yang ada:
- Kerusakan terumbu karang di Bangka Belitung sudah parah dan cukup luas. Banyak kawasan terumbu karang yang tutupnya hidup sangat rendah, bahkan mati total di beberapa spot.
- Aktivitas tambang, terutama lepas pantai, kapal isap, TI apung, dan sedimentasi adalah penyebab utama.
- Untuk memperbaiki kondisi, beberapa langkah penting:
- Penegakan regulasi yang ketat tentang jarak operasi tambang dari pantai dan batas sedimentasi yang diperbolehkan.
- Monitoring lingkungan laut secara rutin dan transparan, termasuk data kualitas air, tutupan lumpur, dan kondisi karang hidup.
- Reklamasi dan rehabilitasi terumbu karang, seperti penanaman karang baru, pemasangan terumbu buatan, dan pemulihan substrat dasar laut.
- Melibatkan masyarakat lokal dan nelayan dalam pengelolaan dan pengawasan, termasuk pemberian kompensasi atau proyek alternatif penghidupan jika dampak sangat besar.
- Evaluasi izin tambang laut secara menyeluruh dan transparan, memperhitungkan dampak lingkungan, sosial, dan ekonomi dalam jangka panjang.

